Lingkanews.com | Cirebon – Sebuah tragedi memilukan melanda Kabupaten Cirebon setelah longsor besar menerjang area tambang pasir di kawasan Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, pada Kamis (30/5). Insiden ini menyebabkan sedikitnya 17 pekerja tewas dan delapan lainnya masih dinyatakan hilang. Tim SAR gabungan, terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan, terus melakukan upaya pencarian di tengah medan yang sulit dan risiko longsor susulan.
Peristiwa nahas ini terjadi sekitar pukul 14.30 WIB ketika puluhan pekerja sedang beraktivitas menambang pasir. Tiba-tiba, tebing setinggi puluhan meter ambruk dan menimbun para pekerja di bawahnya. Material longsor yang didominasi tanah dan bebatuan besar menyulitkan proses evakuasi. Alat berat pun dikerahkan untuk membantu mengangkat material dan mencari korban yang tertimbun.
Risiko Tambang Rakyat dan Sorotan Media Internasional
Musibah longsor di Gunung Kuda ini bukan kali pertama terjadi di wilayah pertambangan rakyat. Kondisi geografis yang rawan dan minimnya standar operasional prosedur (SOP) keselamatan seringkali menjadi pemicu kecelakaan. Para pekerja tambang tradisional kerap kali tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) yang memadai dan beroperasi di area yang tidak memiliki izin resmi atau pengawasan ketat.
Tragedi ini bahkan menarik perhatian media internasional. Beberapa kantor berita global melaporkan insiden tersebut, menyoroti tingginya angka kecelakaan kerja di sektor pertambangan skala kecil di negara berkembang. Mereka menyoroti bagaimana desakan ekonomi memaksa masyarakat untuk mengambil risiko besar demi mencari nafkah, seringkali dengan mengabaikan aspek keselamatan. Kejadian ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi pemerintah dan semua pihak terkait untuk meninjau kembali regulasi dan pengawasan terhadap aktivitas pertambangan rakyat agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Pencarian Intensif dan Harapan Keluarga Korban
Hingga Jumat malam, tim SAR masih berupaya menemukan delapan pekerja yang hilang. Kondisi cuaca yang tidak menentu dan kontur tanah yang labil menjadi tantangan utama dalam operasi pencarian. “Kami akan terus berupaya semaksimal mungkin hingga semua korban ditemukan. Ini adalah prioritas utama kami,” ujar Kepala Kantor SAR Bandung, Deden Ridwansah, dalam konferensi pers pada Jumat sore.
Sementara itu, keluarga korban yang tewas maupun yang masih hilang memenuhi posko darurat di sekitar lokasi kejadian. Raut wajah mereka menyiratkan kesedihan mendalam dan ketegangan. Mereka berharap proses pencarian dapat segera membuahkan hasil, setidaknya untuk menemukan jasad anggota keluarga yang hilang agar dapat dimakamkan dengan layak. Pemerintah daerah telah menyatakan komitmennya untuk memberikan santunan kepada keluarga korban dan mengevaluasi secara menyeluruh aktivitas pertambangan di wilayah tersebut untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.