Kapolda Aceh Ajak Pengusaha Warkop Dukung Kamtibmas dan Sediakan Fasilitas Ibadah
Lingkanews.com | Banda Aceh — Kapolda Aceh Irjen Pol. Marzuki Ali Basyah mengajak para pengusaha kopi dan warung kopi (warkop) untuk aktif mendukung keamanan, ketertiban masyarakat (kamtibmas), serta kenyamanan pengunjung dengan menyediakan fasilitas ibadah. Imbauan itu ia sampaikan saat berdiskusi dengan komunitas pengusaha kopi di Sentra Kopi Batoh, Kota Banda Aceh, Senin, 15 September 2025.
Pertemuan berlangsung hangat dan penuh keakraban. Kapolda mendengarkan masukan dari para pengusaha warkop, sekaligus menyampaikan arahan penting terkait peran warkop sebagai ruang publik yang sehat, bermanfaat, dan sesuai dengan syariat Islam.
Warkop Didorong Sediakan Musala
Dalam dialog itu, Marzuki menekankan pentingnya penyediaan tempat salat berjemaah atau musala di setiap warkop. Ia menyebut musala sangat dibutuhkan, terutama di warkop yang berada di jalur lintas dan ramai pengunjung.
“Warung kopi bukan sekadar tempat bersantai dan berdiskusi. Warkop bisa menjadi sarana mendukung ibadah. Dengan adanya musala, pengunjung dan musafir dapat merasa nyaman menunaikan kewajiban salat tepat waktu. Ini juga bentuk kontribusi pengusaha dalam mendukung penerapan syariat Islam di Aceh,” tegasnya.
Kapolda menambahkan, langkah itu sekaligus menunjukkan kepedulian pengusaha warkop terhadap nilai-nilai religius masyarakat Aceh. Ia percaya keberadaan musala akan membuat warkop lebih ramai karena pengunjung merasa dihargai dan difasilitasi.
Imbauan Soal Hak Siar dan Hiburan
Selain fasilitas ibadah, Marzuki juga mengingatkan para pengusaha agar menaati aturan hukum, terutama terkait hak siar pertandingan olahraga. Ia menegaskan, banyak warkop di Aceh menayangkan laga sepak bola tanpa izin resmi, bahkan menggelar nonton bareng ilegal.
“Silakan beri hiburan kepada pengunjung, tetapi jangan sampai melanggar aturan hukum. Jangan tayangkan pertandingan bila tidak punya hak siar, karena itu bisa menimbulkan masalah hukum dan merugikan pemegang hak resmi,” ujarnya.
Menurutnya, warkop tetap bisa menjadi tempat hiburan, asalkan pengelola memilih tontonan yang sesuai, bermanfaat, dan tidak melanggar hukum. Ia mendorong warkop untuk kreatif menghadirkan suasana positif, misalnya dengan menggelar diskusi, live musik akustik yang bernuansa islami, atau program edukatif lainnya.
Warkop Sebagai Ruang Budaya dan Sosial
Kapolda Aceh juga menilai warkop sudah menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Aceh. Warkop tidak hanya tempat minum kopi, tetapi juga ruang interaksi sosial, tempat bertukar pikiran, dan forum informal untuk membicarakan berbagai persoalan masyarakat.
“Karena itu, warkop harus membawa manfaat positif. Jaga ketertiban, sediakan fasilitas ibadah, taati aturan hukum, dan jadikan warkop sebagai ruang yang aman, nyaman, serta penuh keberkahan,” pesan Marzuki.
Ia menegaskan bahwa Polri tidak hanya fokus menjaga keamanan di jalan raya atau pusat kota, tetapi juga hadir di ruang publik seperti warkop. Kehadiran Polri bersama pengusaha kopi diharapkan mampu memperkuat peran warkop sebagai pusat interaksi yang mendukung keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
Dukungan Pengusaha Warkop
Sejumlah pengusaha kopi yang hadir menyambut positif arahan Kapolda. Mereka berjanji akan memperhatikan fasilitas ibadah di warkop masing-masing, sekaligus menghindari tayangan ilegal.
“Kami setuju dengan apa yang disampaikan Kapolda. Musala memang sangat dibutuhkan, dan kami akan berusaha menyediakannya. Soal hiburan, tentu lebih baik jika legal dan bermanfaat,” ujar salah satu pengusaha warkop di Batoh.
Pertemuan di Sentra Kopi Batoh itu ditutup dengan ajakan Kapolda agar pengusaha kopi terus menjaga hubungan baik dengan Polri. Ia menekankan, sinergi antara aparat keamanan dan pelaku usaha akan memperkuat ketertiban sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.