UIN Ar-Raniry Targetkan Aceh Jadi Pusat Sawit Berkelanjutan Melalui Sawit Summit 2025

Rektor UIN Ar-Raniry Prof Dr Mujiburrahman MAg meninjau Expo UMKM yang menampilkan produk hilirisasi berbahan sawit hasil inovasi mahasiswa, peneliti, dan mitra UMKM di Gedung LP2M UIN Ar-Raniry.

Lingkanews.com | Banda Aceh — UIN Ar-Raniry Banda Aceh menyatakan komitmen menjadikan Aceh sebagai pusat inovasi sawit berkelanjutan melalui penyelenggaraan Sawit Summit 2025 pada 16–17 November. Kampus menghadirkan akademisi, pemerintah, BPDP, dan pelaku industri untuk menyatukan arah pengembangan sawit yang ramah lingkungan dan berbasis riset.

Sawit Summit 2025 menampilkan expo produk hilirisasi sawit, fun walk, festival sawit, dialog publik, dan FGD penyusunan rekomendasi kebijakan sawit Aceh. Seluruh kegiatan berjalan dengan pendekatan edukasi, riset, dan advokasi agar sawit berkembang melalui model industri modern yang berkeadilan.

Expo Sawit Tampilkan Produk Inovasi Kreatif Zero Waste

Panitia membuka Expo UMKM di Gedung LP2M UIN Ar-Raniry bersama Rektor Prof Mujiburrahman. Sebanyak 15 produk tampil, seperti batik sawit, parfum, sepatu, tas, sandal, dan pakaian. Semua produk berasal dari inovasi mahasiswa, dosen peneliti, dan pelaku UMKM berbasis riset.

Rektor menjelaskan bahwa expo menjadi ruang praktik kreatif, tempat mahasiswa menyalurkan ide, serta menguji konsep industri sawit ramah lingkungan. Kampus juga menegaskan bahwa hilirisasi dapat berjalan melalui pemanfaatan limbah sawit secara maksimal.

Dialog Sawit Fokus Pada Pendidikan Anak Buruh dan Keadilan Sosial

Dialog publik berlangsung di Aula Gedung SBSN. Rektor menekankan pentingnya pendidikan bagi anak buruh sawit agar kesenjangan sosial tidak berlanjut. Ia berharap BPDP membuka peluang beasiswa untuk anak buruh sawit melalui mekanisme kemitraan berbasis kesetaraan.

Rektor juga mendorong riset dan inovasi berjalan bersamaan dengan perlindungan lingkungan. Ia menegaskan bahwa Aceh tidak boleh hanya menjadi wilayah produksi mentah, tetapi pusat pengetahuan sawit berstandar global.

Forum Sawit Baik untuk Aceh Tingkatkan Literasi dan Hapus Stigma

Hari kedua menampilkan Dialog Publik Sawit Baik untuk Aceh dengan 200–300 peserta dari akademisi, mahasiswa, asosiasi petani, dan industri. Narasumber membahas persepsi publik tentang sawit dan cara membangun pemahaman berbasis data ilmiah.

Forum menyimpulkan bahwa sawit dapat memberi manfaat sosial dan ekonomi bila dikelola melalui standar berkelanjutan, riset terukur, serta pengawasan ketat.

FGD Sawit Rancang Draf Rekomendasi Kebijakan Berbasis Riset

Panitia menggelar FGD tertutup bersama pemerintah, asosiasi petani, kampus, dan industri. FGD membahas isu strategis sawit dan merancang policy brief Sawit Summit 2025 sebagai dasar advokasi dan kajian regulasi.

Ketua Panitia Danil Akbar Taqwadin menyampaikan bahwa Sawit Summit 2025 bukan acara seremonial, tetapi fondasi sinergi jangka panjang. Ia menegaskan bahwa Aceh berpeluang menjadi pusat sawit berkelanjutan berbasis ilmu dan inovasi. Nilai tambah sawit harus kembali kepada masyarakat Aceh melalui hilirisasi produk, riset, dan pendidikan berkelanjutan.

Berikan Komentar
error: Content is protected !!