1 Muharram Tanpa Hura-Hura: Saatnya Aceh Menjadi Teladan Syiar Islam
Oleh: Drs. M. Isa Alima
Ketua Patriot Bela Nusantara (PBN) & Asosiasi Wartawan Internasional (ASWIN) Aceh
Hari ini 27 Juni 2025, umat Islam di seluruh dunia memasuki 1 Muharram 1447 Hijriah. Sebagai awal tahun dalam kalender Islam, momen ini seharusnya menjadi titik tolak perenungan, hijrah spiritual, dan perbaikan diri. Di Aceh—daerah yang menyandang gelar Serambi Mekkah—momen ini layak disambut dengan cara yang bermartabat, Islami, dan menenangkan hati, bukan dengan keramaian yang melalaikan.
Saya ingin mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk memuliakan 1 Muharram dengan kegiatan-kegiatan religius yang mengandung nilai syiar, edukasi, dan kebersamaan. Para tokoh agama, pimpinan pesantren, pengurus masjid, pemimpin adat, pemerintah daerah, dan khususnya generasi muda—semuanya perlu mengambil peran. Jangan biarkan 1 Muharram lewat begitu saja, apalagi jika diisi dengan aktivitas yang cenderung hura-hura, tidak bermanfaat, bahkan mencederai nilai Islam.
Budaya Islami Harus Diperkuat, Bukan Dibiarkan Redup
Aceh sudah memiliki infrastruktur syariat yang kuat secara hukum melalui Qanun. Namun, kekuatan syariat juga harus tampak dalam budaya, pendidikan, dan gaya hidup masyarakat. Kegiatan seperti doa bersama, zikir akbar, pengajian, tausiyah, tabligh akbar, pawai syiar yang tertib, lomba-lomba Islami, santunan anak yatim, hingga aksi sosial keagamaan bisa menjadi wujud nyata dari budaya Islami yang hidup dan berdampak.
Kegiatan-kegiatan tersebut tidak sekadar ritual. Ia menjadi sarana membentuk karakter generasi, memperkuat solidaritas sosial, dan menanamkan cinta pada nilai-nilai keislaman. Inilah yang seharusnya menjadi ruh 1 Muharram: menumbuhkan spiritualitas kolektif dan membangun identitas Islam yang kuat di tengah masyarakat Aceh.
Saya mendorong agar kegiatan semacam ini tidak hanya terpusat di masjid-masjid besar. Dayah, pesantren, madrasah, sekolah Islam, majelis taklim, dan lembaga pendidikan Islam lainnya perlu menginisiasi program tahunan menyambut 1 Muharram. Libatkan pemuda, organisasi masyarakat, dan seluruh elemen sosial agar 1 Muharram tidak lagi menjadi momen pasif, tapi aktif dan masif.
Jangan Lebih Heboh 1 Januari daripada 1 Muharram
Kita harus jujur: sering kali masyarakat, bahkan institusi, lebih sibuk menyiapkan pesta akhir tahun Masehi daripada menyambut Tahun Baru Islam. Fenomena ini terjadi tidak hanya di kota besar, tetapi juga di beberapa daerah Aceh. Padahal, sebagai daerah dengan hukum syariat Islam, sangat tidak elok jika 1 Muharram diperlakukan biasa saja, sementara 1 Januari dirayakan dengan pesta kembang api dan hiburan duniawi.
Apakah pantas masyarakat Aceh menyiapkan anggaran untuk pesta tahun baru Masehi, namun diam seribu bahasa ketika datang 1 Muharram? Apakah kita rela kehilangan generasi yang mengenal kalender Masehi dengan euforia, tetapi tidak tahu kapan Tahun Baru Islam? Inilah saatnya kita luruskan arah. Momentum 1 Muharram harus kita isi dengan kegiatan positif yang membentuk karakter Islami.
Aceh, sebagai simbol Islam Nusantara, harus menjadi contoh. Kita tidak hanya menegakkan syariat secara hukum, tapi juga menanamkannya dalam hati dan budaya. Kita harus tampil sebagai pelopor, bukan hanya pengikut, dalam urusan memperingati momen-momen penting umat Islam.
Membangun Semangat Hijrah Bersama
Makna 1 Muharram tidak lepas dari peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah. Ini bukan sekadar perpindahan fisik, tetapi transformasi pola pikir, semangat perjuangan, dan keberanian mengubah keadaan. Maka, hijrah dalam konteks kekinian berarti meninggalkan kebiasaan buruk menuju perilaku yang lebih baik, dari lalai menjadi sadar, dari maksiat menuju taat.
Generasi muda Aceh perlu dibimbing agar memahami makna hijrah dalam kehidupan nyata. Kita perlu menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas Islam, memahami sejarah Rasulullah, serta mencintai kalender Hijriah yang menjadi bagian dari warisan peradaban Islam.
Saya menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat: pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Syariat Islam, MPU, para ulama, keuchik, pimpinan pesantren, remaja masjid, tokoh adat, dan pemuda—mari bersatu padu menghidupkan semangat 1 Muharram. Buatlah acara Islami yang sederhana namun bermakna. Jadikan ini tradisi, bukan sekadar rutinitas tahunan.
Menjadikan 1 Muharram Titik Awal Hijrah Kolektif Aceh
Kita tidak boleh sekadar mengandalkan simbol. Mari kita rawat gelar Serambi Mekkah dengan perilaku Islami yang konsisten. 1 Muharram adalah momentum untuk memperkuat komitmen spiritual, sosial, dan kultural kita sebagai masyarakat Islam. Dengan semangat gotong royong dan partisipasi semua pihak, kita bisa menjadikan 1 Muharram sebagai tonggak perubahan kolektif—bukan hanya dalam skala individu, tetapi juga dalam skala masyarakat dan pemerintahan.
Semoga Allah SWT memberkahi setiap langkah kita. Mari kita jadikan 1 Muharram 1447 Hijriah ini sebagai awal dari hijrah besar menuju Aceh yang lebih Islami, lebih bermartabat, dan lebih memberi teladan bagi Indonesia dan dunia.