Tarian Kolosal “Aceh Barat Lon Sayang” di HUT ke-437 Meulaboh Jadi Simbol Kebangkitan Budaya
Lingkanews.com | Meulaboh — Malam Sabtu (11/10/2025) menjadi momen bersejarah bagi masyarakat Aceh Barat. Ribuan warga memadati kawasan Jalan Merdeka dan Lapangan Teuku Umar untuk merayakan HUT ke-437 Kota Meulaboh. Puncak acara tersebut adalah penampilan Tarian Kolosal bertajuk “Aceh Barat Lon Sayang” yang menggugah emosi penonton.
Pertunjukan itu tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi simbol kebangkitan budaya dan seni Aceh Barat. Melalui gerak dan musik tradisional, para penari menampilkan perpaduan antara sejarah, semangat perjuangan, dan harapan masa depan daerah.
Narasi Sejarah Meulaboh dalam Gerak Tari
Di bawah arahan Penata Tari Ardinal Hidayat (Cek Nal) dan Penata Musik Masri Hanif (Syeh Masri), ratusan penari dari berbagai sanggar seperti Sanggar Bayeun Seutia, Meuligoe Barat, dan Cahaya Bulisc tampil memukau. Mereka menyuguhkan kisah panjang Aceh Barat dengan penuh ekspresi dan kekompakan.
Adegan pembuka memperlihatkan prosesi “Ranup lam bungkoh kuneng” atau sirih dalam bungkusan kuning, simbol penghormatan untuk para tamu. Setelah itu, gerak penari perlahan membawa penonton menyelami masa kejayaan Meulaboh pada abad ke-16, ketika Pasi Karam menjadi pelabuhan penting bagi perdagangan rempah-rempah.
Kapal dari berbagai negeri silih berganti datang, tertarik pada kekayaan alam Aceh Barat seperti lada dan hasil bumi lainnya. Pementasan ini berhasil menggambarkan kemakmuran masa lampau secara visual dan emosional.
Dari Tragedi Tsunami ke Semangat Kebangkitan
Bagian selanjutnya menghadirkan babak penuh haru. Melalui koreografi yang lembut namun kuat, para penari menggambarkan duka besar akibat tsunami 2004 yang melanda Meulaboh. Gerakan mereka memancarkan kepedihan, tetapi juga memperlihatkan keberanian untuk bangkit dari kehancuran.
Tarian ini mengajak penonton merenungkan perjalanan panjang Aceh Barat. Dari masa kejayaan hingga bencana besar, semangat masyarakat tetap kokoh. Pesan yang tersampaikan sangat jelas: Aceh Barat tidak pernah menyerah, justru menjadikan luka sebagai kekuatan untuk membangun negeri.
PKAB 2025: Wadah Kebangkitan Seni dan Ekonomi Lokal
Tarian “Aceh Barat Lon Sayang” menjadi bagian dari Pekan Kebudayaan Aceh Barat (PKAB) 2025 yang berlangsung dari 10–15 Oktober 2025. Dengan tema “Aceh Barat Meusigak, Sahoe Tajak, Tapuga Nanggroe,” kegiatan ini menampilkan kesenian tradisional seperti Tari Pho, Rateb Meuseukat, Rapa’i, dan Geundrang.
Selain itu, acara tersebut juga menghadirkan pameran kuliner serta kerajinan tangan lokal. Melalui kegiatan ini, pelaku UMKM memperoleh ruang untuk mempromosikan produk dan memperkuat ekonomi kreatif daerah.
Bupati Aceh Barat, Tarmizi SP MM, menegaskan bahwa kegiatan budaya ini menjadi momentum penting untuk memperkuat persatuan dan menjaga identitas lokal. Ia menambahkan, Pemkab Aceh Barat juga telah menetapkan delapan objek cagar budaya baru sepanjang tahun 2025 sebagai bentuk komitmen pelestarian warisan sejarah.
Warisan Teuku Umar dan Semangat Generasi Baru
Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah SE (Dek Fadh), yang membuka HUT ke-437 Kota Meulaboh dan PKAB 2025, menegaskan bahwa Meulaboh merupakan “pangkuan sejarah” Aceh. Menurutnya, semangat perlawanan Teuku Umar harus terus hidup dalam jiwa generasi muda.
Sorak sorai masyarakat mengiringi setiap pertunjukan malam itu. Tepuk tangan yang menggema menunjukkan bahwa tradisi masih melekat di hati rakyat. Melalui karya seperti “Aceh Barat Lon Sayang,” budaya tidak hanya dipertahankan, tetapi juga dihidupkan kembali sebagai sumber inspirasi dan kekuatan daerah.
Tarian tersebut menjadi monumen bergerak yang merayakan perjalanan Meulaboh selama 437 tahun, sekaligus menegaskan kebangkitan budaya Aceh Barat menuju masa depan yang gemilang.





